YA RASULULLAH, LAYAKKAH KAMI MENJADI UMATMU?
Ya Rasulullah,
Kau meninggalkan Al-Quran untuk menjadi rujukan kami.
Ya Rasulullah,
Kau meninggalkan sunnahmu untuk menjadi pedoman kami.
Ya Rasulullah,
Kau meninggalkan akhlakmu untuk kami contohi.
Ya Rasulullah,
Kau meninggalkan sahabat-sahabatmu untuk kami ikuti.
Ya Rasulullah,
Kau meninggalkan pewarismu para ulama untuk kami pelajari.
Ya Rasulullah,
Kami menyanjung betapa hebatnya kerajaan Islam
yang dibina umatmu dulu.
Ya Rasulullah,
Kami menyanjung betapa luasnya empayar Islam
yang dibina umatmu dulu.
Ya Rasulullah,
Kami menyanjung betapa hebatnya umatmu
melawan musuh tanpa gentar.
Ya Rasulullah,
Namun segalanya telah ditenggelami zaman.
Ya Rasulullah,
Umatmu disana menderita
dianiyai bangsa yang pernah kau sebut.
Ya Rasulullah,
Umatmu disini hanya mampu melihat
penderitaan mereka
Ya Rasulullah,
Alangkah malunya jika kau melihat
apa yang umatmu sedang lakukan kini.
Kami terlampau sibuk mengejar cita-cita,
Mengejar seberapa banyak harta yang mampu dikaut,
Tak tertahan tergoda dengan hawa nafsu,
Mengejar cinta yang tiada kepastian,
Tak terdaya melindungi kaum muslimah,
Terhimpit dengan sifat jahiliyah yang kau perangi dahulu,
Hanyut dalam permodenan hidup,
Obses dengan hiburan melampau,
Asyik dengan pemujaan ''Berhala Moden''.
Ya Rasulullah,
Kami benar-benar bagaikan buih-buih di lautan seperti dikatakan kau,
Ya Rasulullah,
Kami benar-benar berdusta dengan risalah yang dibawamu.
Ya Rasulullah,
Kami berasa sangat malu untuk bertemu denganmu kelak.
Ya Rasulullah,
Kasih sayangmu kepada kami tak terbalas.
Ya Rasulullah,
Layakkah kami menjadi umatmu?
Makna Nabi Muhammad SAW Sebagai Penutup Para Nabi Definisi Nabi Terakhir mengandung unsur-unsur yang harus diimani, yaitu:
1. (ناَسِخُ الرِّسَالَةِ) Menghapus Risalah sebelumnya
Risalah
sebelumnya adalah semua kitab dan hukum yang pernah diturunkan oleh
Allah swt. kepada para nabi dan dikabarkan oleh Allah swt. di dalam
Al-Qur’an maupun di dalam
As-Sunnah yang
shahih, yaitu
Shuhuf (lembaran) yang diturunkan kepada Ibrahim a.s. [lihat QS. Al-A'laa (87): 14-19 dan An-Najm (53): 36-42],
Shuhuf yang diturunkan kepada Musa a.s. [lihat QS. Al-A'laa (87): 14-19 dan An-Najm (53): 36-42],
Taurat yang diturunkan kepada Musa a.s. (lihat QS. Al-Baqarah (2): 53, Ali Imran (3): 3, Al-Maidah (5): 44, dan Al-An’am (6): 91],
Zabur yang diturunkan kepada Daud a.s. [lihat QS. An-Nisa' (4): 164, Al-Kahfi (18): 55, dan Al-Anbiya' (21): 105], dan
Injil yang diturunkan kepada Isa a.s. [lihat QS. Ali Imran (3): 3 dan Al-Mai'dah (5): 46].
Semua kitab-kitab tersebut hukumnya telah di-
nasakh (dihapuskan) oleh Al-Qur’an, kecuali beberapa hukum dan kisah. Dan semua yang belum di-
nasakh tersebut disebutkan secara jelas dalam Al-Qur’an ataupun Al-Hadits
2. (مُصَدِّقُ اْلأَنْبِيَاءِ) Membenarkan Para Nabi Sebelumnya
“Dan
setelah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yang
membenarkan apa (Kitab) yang ada pada mereka, sebahagian dari
orang-orang yang diberi kitab (Taurat) melemparkan kitab Allah ke
belakang (punggung)nya, seolah-olah mereka tidak mengetahui (bahwa itu
adalah kitab Allah).” [QS. Al-Baqarah (2): 101]
Membenarkan
para nabi sebelumnya, maksudnya bahwa Islam melalui kitabnya, yaitu
Al-Qur’an, membenarkan keberadaan para nabi yang ada sebelum Nabi
Muhammad saw. dan meyakini bahwa Allah swt. menurunkan kitab-kitab
kepada para nabi tersebut. Kita pun membenarkan seluruh berita yang ada
dalam semua Kitab-kitab tersebut adalah dari Allah swt., selain yang
telah diselewengkan dan diubah oleh para ahli kitab; serta mengerjakan
semua hukumnya kalau ada yang belum di-
nasakh (dihapuskan) oleh Al-Qur’an.
Katakanlah:
“Barangsiapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah
menurunkannya (Al-Qur’an) ke dalam hatimu dengan seizin Allah;
membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta
berita gembira bagi orang-orang yang beriman. [QS. Al-Baqarah (2): 97]
“Dan
Kami telah turunkan kepadamu Al-Qur’an dengan membawa kebenaran,
membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu Kitab-Kitab (yang diturunkan
sebelumnya) dan batu ujian terhadap Kitab-Kitab yang lain itu; maka
putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah
kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang
telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan
aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu
dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu
terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat
kebajikan. hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu
diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu.” [QS. Al-Maidah (5): 48]
3
. (مُكَمِّلُ الرِّسَالَةِ) Penyempurna Risalah Sebelumnya.
“Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan)
agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah
kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan
telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu
menjadi agama bagimu.” [QS. Al-Maidah (5): 3]
Bahwa Islam adalah
agama terakhir, maka nabinya pun adalah nabi penutup, sehingga kitabnya,
yaitu Al-Qur’an ini, diturunkan oleh Allah swt. untuk menyempurnakan
semua risalah sebelumnya. Oleh karena semua risalah sebelum Nabi
Muhammad saw. tersebut telah mengalami perubahan dan penyimpangan dari
masa ke masa yang dilakukan oleh generasi setelahnya. Berbagai
penyimpangan itu diantaranya: mengubah arti dari lafazh (kata-kata) yang
ada [lihat QS. Ali Imran (3): 75, 181, 182; An-Nisa' (4): 160-161;
Al-Maidah (5): 64], mengubah atau menambah baik kata, kisah, maupun
hukum [lihat QS. Al-Baqarah (2): 79, Ali Imran (3): 79-80; Al-Maidah
(5): 116-117], menyembunyikan dan menghilangkan berita-berita tentang
Nabi Muhammad saw. dan kebenaran lainnya [lihat QS. Al-Baqarah (2):
89-90, 109, 146; Ali Imran (3): 71-72; Ash-Shaff (61): 6].
4. (كاَفَّةٌ لِلنَّاسِ) Berlaku untuk Semua Manusia.
“Dan
Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya
sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi
kebanyakan manusia tiada mengetahui.” [QS. Saba' (34): 28]
Perbedaan
syariat Nabi Muhammad saw. dibandingkan para nabi sebelumnya adalah
bahwa syariat beliau berlaku untuk seluruh ummat manusia sampai akhir
zaman. Hal ini berbeda dengan syariat para nabi yang lainnya yang hanya
terbatas untuk umatnya saja.
Hal ini mengandung dua pelajaran bagi
kita, yaitu: pertama, mengetahui hikmah Allah swt. dalam penetapan
hukum bagi setiap umat, sehingga Allah swt. selalu menetapkan hukum yang
sesuai bagi setiap umat. Kedua, oleh sebab itu hal ini meyakinkan kita
bahwa Islam merupakan syari’at yang paling sempurna, paling lengkap, dan
paling baik karena merupakan penutup dan penyempurna dari risalah semua
nabi dan rasul.
5. (رَحْمَةٌ لِلْعاَلمَِيْنَ) Menjadi Rahmat bagi Seluruh Alam.
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” [QS. Al-Anbiya' (21): 107]
Hal
lain yang juga memperkuat kebenaran risalah yang dibawa oleh Nabi
Muhammad saw. adalah dampak dari dakwahnya. Dakwahnya yang telah dapat
mengubah sebuah peradaban yang terbelakang, buta aksara, dan kejam,
menjadi memimpin dan menguasai peradaban dunia serta mengisinya dengan
gabungan antara ketinggian ilmu pengetahuan dan akhlak yang belum dapat
ditandingi oleh peradaban modern saat ini sekalipun. Di antara hasil
karya besar Nabi Muhammad saw. sebagai rahmat bagi alam semesta ini
adalah sebagai berikut.
1. Memusnahkan segala jenis
syirik, baik yang besar (menyembah berhala, sihir, ramal, dan sebagainya) maupun kecil (sumpah bukan dengan nama Allah,
riya’, dan sebagainya); dan menggantinya dengan keimanan yang total kepada Allah swt.
2. Memusnahkan segala adat tradisi
jahiliyyah yang menyimpang, seperti membuka
aurat, ber-
khalwat dengan lawan jenis, campur baur lelaki dan wanita (
ikhtilath), dan sebagainya; dan menggantinya dengan akhlak yang mulia dan tuntunan moral yang luhur.
3.
Menegakkan sebuah sistem kehidupan yang seluruhnya berdiri di atas
tauhid, baik ekonomi, politik, sosial, kemasyarakatan, seni, olahraga,
dan lain-lain.
4. Melakukan sebuah revolusi total terhadap hati sanubari, pemikiran, dan peraturan hidup umat manusia.
5.
Mempersatukan semua ras, semua suku, semua golongan manusia di
bawah sebuah sistem yang berlandaskan tauhid, berhukumkan Al-Qur’an dan
As-Sunnah dan bertujuankan kebaikan dunia dan akhirat
Ketika kita
beriman kepada Nabi Muhammad saw., maka kita akan mengetahui bahwa
risalah beliau adalah risalah yang paling lengkap dan paling sempurna
yang pernah diturunkan oleh Sang Pencipta kepada hamba-Nya. Akidah semua
nabi adalah satu, yakni tauhid, tetapi syariah mereka berbeda-beda.
Karena Nabi Muhammad saw. adalah nabi penutup, maka risalahnya adalah
risalah yang terakhir dan syariatnya akan berlaku hingga akhir zaman.
Tiada agama yang diridhai di sisi Allah swt. kecuali Islam, dan tidak
ada nabi yang membawa syariat lain setelah Nabi Muhammad saw.
مَا
كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ
وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا.
“Dan
Muhammad itu bukanlah bapak dari salah seorang lelaki di antara kalian,
tetapi ia adalah Rasul Allah dan Nabi yang terakhir; dan adalah Allah
Maha Mengetahui terhadap segala sesuatu.” [QS. Al-Ahzab (33): 40]
Imam
At-Thabari saat menafsirkan ayat ini berkata, “Muhammad saw. itu
bukanlah ayah dari salah seorang lelaki diantara kalian (Zaid bin
Haritsah r.a., yaitu anak angkat Nabi saw.) melainkan beliau adalah Nabi
terakhir, maka tiada lagi Nabi setelah beliau sampai hari kiamat; dan
adalah Allah swt. terhadap segala perbuatan dan perkataan kalian Maha
Mengetahui.” (
Jami’ul Bayan fi Ta’wilil Qur’an, Imam At-Thabari, XX/278)
Imam Al-Qurthubi berkata, ayat ini mengandung 3 hukum Fiqh. “
Pertama,
saat Nabi saw. menikah dengan Zainab (mantan istri Zaid bin Haritsah
r.a.) orang-orang munafik berkata: Dia (Muhammad) menikahi mantan istri
anaknya sendiri, maka ayat ini turun untuk membantah hal tersebut.
Kedua, bahwa Muhammad saw. adalah Nabi terakhir, tiada Nabi sesudahnya yang membawa syariat baru.
Ketiga,
syariat beliau menyempurnakan syariat sebelumnya, sebagaimana sabdanya:
Aku diutus untuk ‘menyempurnakan’ akhlak yang mulia, atau sabdanya yang
lain: Perumpamaanku dengan nabi sebelumku seperti perumpamaan seorang
yang membuat bangunan yang amat indah, tinggal sebuah lubang batu bata
yang belum dipasang, maka akulah batu bata tersebut dan akulah nabi yang
terakhir.” (
Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an, Imam Al-Qurthubi, I/4484)
Berkata
Sayyid Quthb rahimahullah dalam tafsirnya, “Bahwa setelah menjelaskan
tentang beliau saw. bukanlah ayah dari Zaid bin Haritsah r.a., sehingga
halal beliau menikahi Zainab r.a., ayat ini juga menggariskan tentang
pemenuhan hukum syariat yang masih tersisa yang harus diketahui dan
disampaikan kepada umat manusia, sebagai realisasi dari penutup risalah
langit untuk di bumi ini, tidak boleh ada pengurangan dan tidak boleh
ada perubahan, semuanya harus disampaikan.” (
Fi Zhilalil Qur’an, Sayyid Quthb, VI/89)
Lebih lanjut beliau menambahkan saat menafsirkan akhir ayat tersebut (yang berbunyi “
Dan adalah Allah Maha Mengetahui atas segala sesuatu“),
“Sungguh Dia-lah yang paling mengetahui apa yang paling baik dan paling
tepat bagi para hamba-Nya, maka Ia memfardhukan kepada Nabi-Nya apa
yang seharusnya dan memilihkan bagi beliau apa yang terbaik. Ia
menetapkan hukum-Nya ini sesuai dengan pengetahuan-Nya yang meliputi
segala sesuatu dan ilmu-Nya tentang mana yang terbaik tentang hukum,
aturan dan undang-undang serta sesuai dengan kasih-sayang-Nya kepada
semua hamba-Nya yang beriman.”
Demikianlah telah ijma’ (konsensus)
di antara para ulama bahwa Nabi Muhammad saw. adalah nabi terakhir,
sehingga jika ada orang yang datang setelah beliau menyatakan ada nabi
setelah beliau, maka perkataan tersebut batil dan tertolak berdasarkan
ijma’; dan pelakunya harus bertobat kepada Allah swt.
PERTENGKARAN ANTARA MALAIKAT RAHMAT DENGAN MALAIKAT AZAB
BERSABDA Rasulullah SAW. “Sesungguhnya tidak ada dosa yang tidak diampuni oleh Allah.”
Sabda Baginda lagi: “Ada
seorang umat sebelum kamu yang telah membunuh 99 orang. Kemudian orang
itu pergi berjumpa dengan seorang pendita lalu katanya: “Wahai pendita,
saya telah membunuh 99 orang. Apakah ada jalan bagi saya bertaubat?”
Jawab pendita: “Tidak ada, sebab perbuatan kamu itu sudah melampaui batas.”
Mendengarkan jawapan pendita sedemikian,
maka orang itupun bangun lalu membunuh pendita itu. Kemudian dia pergi
berjumpa dengan seorang pendita yang lain dan bertanya: “Wahai pendita,
saya telah membunuh 100 orang. Apakah ada jalan bagi saya bertaubat?”
Berkata pendita itu: “Sebenarnya
perbuatan kamu itu sudah melampaui batas tetapi, aku tidak tahu
kedudukan diri kamu di sisi Tuhan. Adalah lebih baik kamu pergi ke
kampung yang bernama Busro atau yang satu lagi bernama Kafrah. Kampung
Busro adalah kampung orang baik-baik yang sentiasa melakukan amal
kebajikan dan amal ahli syurga. Sementara kampung Kafrah pula
penduduknya terdiri daripada orang-orang yang suka berbuat derhaka dan
membuat amal ahli neraka.”
Jelas pendita itu lagi: “ Apabila kamu pergi ke Busro, janganlah kamu risau adakah taubat kamu akan diterima atau tidak.”
Oleh kerana orang itu tidak ada apa
dalam fikirannya selain mahu bertaubat, maka iapun berniat atau berazam
untuk ke kampung Busro. Ketika sampai dipertengahan simpang antara Busro
dan Kafrah, ditakdirkan Allah orang itu mati di situ.
Maka turunlah malaikat Rahmat dan
malaikat Azab yang saling bertengkar menentukan ke mana roh orang itu
mahu dimasukkan. Malaikat Azab mahukan orang itu dimasukkan ke neraka,
sementara malaikat Rahmat mahu memasukkannya ke syurga. Akhirnya
kedua-dua malaikat bertanya kepada Allah sama ada orang itu mahu
dumasukkan ke syurga atau ke neraka.
Maka Allah memerintahkan kedua malaikat
itu supaya pergi mengukur jarak antara tempat orang itu mati dengan dua
perkampungan berkenaan. Kampung mana yang paling dekat dengan tempat
orang itu mati, maka masukkanlah dia ke dalam golongan orang-orang
kampung berkenaan.
Kedua-dua malaikat Rahmat dan Azab pun
pergilah mengukur jarak sebagaimana diperintahkan itu. Setelah selesai
diukur, didapati orang itu mati lebih hampir dengan perkampungan Busro
pada jarak selebar ibu jari.
Maka malaikat pun mencatatkan orang itu
sebagai dari golongan orang-orang baik di perkampungan Busro.” Demikian
Rasulullah SAW mengakhiri ceritanya.
KELEBIHAN SURAH ALAM NASYRAH (MELAPANGKAN).
Nabi Muhammad S.A.W bersabda : " Barangsiapa
membaca surah Alam Nasyrah, seperti ia mendatangi aku dan aku mengambil
kesempatan maka menjadi suatu kelapangan daripadaku "
Barangsiapa
membiasakan membaca surah Alam Nasyrah selesai mengerjakan solat
fardhu, nescaya Allah permudahkan urusannya serta dimudahkan segala
keperluannya dan dimudahkan rezekinya.
Sesiapa yang membacanya
nescaya Allah turut melapangkan dadanya serta dijauhkan dari pada segala
kesukaran dalam segala urusannya. Dihilangkan segala sifat kesal dan
jemu, serta mendatangkan rajin dalam mengerjakan ibadat.
Barang
siapa membaca Alam Nasyrah sembilan kali sesudah solat fardhu nescaya
Allah akan menjauhkan daripada kesempitan hidup dan dimudahkan rezeki
dalam segala urusan.

Selamat Tinggal :) Tata... hehe
╭━━━╮╭━━━╮┈┏┓┈┏┓
┗━━╮┃┃╭━╮┃┏╯┃┏╯┃
╭━━╯┃┃┃┈┃┃┗┓┃┗┓┃
┃╭━━╯┃┃┈┃┃┈┃┃┈┃┃
┃┗━━┓┃╰━╯┃┈┃┃┈┃┃
┗━━━┛╰━━━╯┈┗┛┈┗┛
Ahlan wasahlan. ^_^
◕▄███▄◕──◕▄██▄◕──◕▄███◕─◕▄███▄◕ ◕▀──██◕─◕██──██◕───◕██◕─◕▀──██◕ ◕──██◕──◕██──██◕───◕██◕─◕──██◕ ◕─██◕───◕██──██◕───◕██◕─◕─██◕ ◕█████◕──◕▀██▀◕───◕▄██▄◕◕█████◕
Rasulullah pernah bersabda yang bermaksud:
“Berbahagialah hidup di dunia bagi orang yang mengumpul kebajikan untuk
bekalan hari akhiratnya, sehingga dia memperoleh redha Tuhannya. Dan
celakalah hidup di dunia bagi orang yang dipengaruhi oleh dunia, hingga
dia terhalang daripada (mengerjakan) amalan untuk akhiratnya, dan lalai
untuk memperoleh redha Tuhannya.”
(Hadis riwayat al-Hakim)
Selamat tahun baru sahabat-sahabatKu. Semoga
hari-hari yang mendatang dapat mewarnai lagi kehidupan. Insha-Allah.
Mudah-mudahan ya. Apa yang lepas biarkan berlalu tanpa kata dan jadikan
sebagai kenangan walaupun sepahit manapun dan jadikan sebagai pengajaran
untuk kita terus mengharungi lautan dalam kehidupan. Selamat berjuang
sahabat-sahabatku sekalian. Persiapkan dirimu untuk menghadapi ujian
yang bakal mendatang. Kuatkan imanmu, mantapkan akidahmu. Ingat! Allah
SWT sentiasa bersama kita. ♥
Dan yang penting sekali nih...................!!!!!
Dosa jangan ditambah.
Iman jangan ditolak.
Ingat, hidup kita cuma sekali. Oleh itu, hiasilah hidup kita dengan
penuh keceriaan dan kasih sayang. Tapi jangan lupa selimutlah dengan
keimanan maka hidup kita akan bahagia di dunia mahupun di akhirat.
Amien.................Allhumma amien ya rabbal alamien..........
Semoga Allah SWT melindungi kita daripada FITNAH DAJJAL!!! Amin Ya Ilahi.
Takbir~!! Allahuakhbar!
7 SUNNAH HEBAT.
Dalam kehidupan sehari-hari ada kala kita mungkin telah melampaui batas.
Imaginasi kotor, percakapan dan perbuatan yang tidak betul menjadikan
kita selalunya semakin jauh dengan Allah SWT. Tetapi itulah kita
manusia, tak lari dari kesilapan dan mujurlah Allah selalu membuka pintu
taubat kepada kita, agar dapat kita meneruskan perjalanan menuju
akhirat dengan lebih berkat. Hendaknya kita sekurang-kurangnya selalu
menjaga Tujuh Sunnah Nabi setiap hari. Ketujuh sunnah Nabi SAW itu
adalah:
Pertama:
Tahajjud, kerana kemuliaan seorang mukmin terletak pada tahajjudnya.
Pastinya doa mudah termakbul dan menjadikan kita semakin hampir dengan
Allah.
Kedua:
Membaca Al-Qur’an sebelum terbit matahari, alangkah baiknya sebelum mata
melihat dunia, sebaiknya mata membaca Al-Qur’an terlebih dahulu dengan
penuh pemahaman. Paling tidak jika sesibuk manapun kita, bacalah ayat
3Qul, atau ayat qursi.
Ketiga:
Jangan tinggalkan masjid terutama di waktu subuh. Sebelum melangkah
kemana pun langkahkan kaki ke mesjid, kerana masjid merupakan pusat
keberkahan, bukan kerana panggilan muadzin tetapi panggilan Allah yang
mencari orang beriman untuk memakmurkan masjid Allah.
Keempat:
Jaga sholat dhuha, kerana kunci rezeki terletak pada solat dhuha.
Yakinlah, kesan solat dhuha sangat dasyat dalam mendatangkan rezeki.
Kelima:
Jaga sedekah setiap hari. Allah menyukai orang yang suka bersedekah, dan
malaikat Allah selalu mendoakan kepada orang yang bersedekah setiap
hari. Percayalah, sedekah yang diberikan akan dibalas oleh Allah
berlipat kali ganda.
Keenam:
Jaga wudhu terus menerus kerana Allah menyayangi hamba yang berwudhu.
Kata khalifah Ali bin Abu Thalib, “Orang yang selalu berwudhu senantiasa
ia akan merasa selalu solat walau ia sedang tidak solat, dan dijaga
oleh malaikat dengan dua doa, ampuni dosa dan sayangi dia ya Allah”.
Ketujuh:
Amalkan istighfar setiap saat. Dengan istighfar masalah yang terjadi kerana dosa kita akan dijauhkan oleh Allah.
Zikir adalah bukti syukur kita kepada Allah. Bila kita kurang bersyukur,
maka kita kurang berzikir pula, oleh kerana itu setiap waktu harus
selalu ada penghayatan dalam melaksanakan ibadah ritual dan ibadah
ajaran Islam lainnya. Zikir juga merupakan makanan rohani yang paling
bergizi, dan dengan zikir berbagai kejahatan dapat ditangkal sehingga
jauhlah umat manusia dari sifat-sifat yang berpangkal pada materialisme
dan hedonisme.
KETIKA ANDA BERSAMA AL-QURAN
Ketika anda membawa AL-QURAN, respon syaitan ialah biasa saja, tengok je.
Ketika anda membukanya, syaitan mula curiga.
Ketika anda membacanya, syaitan mula gelisah.
Ketika anda memahaminya, dia mula kejang.
Ketika anda mengamalkan AL-QURAN, dalam kehidupan setiap hari, dia stroke.
Teruskan
membaca AL-QURAN dan mengamalkannya agar syaitan terus stroke. Ketika
anda ingin menyebarkan pesanan ini, syaitan pun mencegahnya.
Syaitan kata, ''JANGAN SEBARKANNYA, KERANA IA TIDAK PENTING LANGSUNG!"
♥✿.¸.•✿◕ RENUNGAN HATI ♥✿.¸.•✿◕
♫•*¨*•.¸¸ﷲ♥.♥ﷲ¸¸.•*¨*•♫♫•*¨*•.¸¸ﷲ♥.♥ﷲ¸¸.•*¨*•♫♫•*¨*•.¸¸♫
Bacalah al-Quran setiap hari 1 juzuk. Kalau tidak mampu, bacalah
separuh juzuk. Kalau tak mampu, bacalah sekadar sehelai atau satu muka
surat. Kalau tak mampu, memadailah dengan satu ayat.
Kalau tak
mampu juga, cukuplah hanya dengan memandang al-Quran dan tanyalah kepada
diri sendiri "Ya Allah, apakah dosaku sehingga aku tidak dapat membaca
ayat Mu?"
♫•*¨*•.¸¸ﷲ♥.♥ﷲ¸¸.•*¨*•♫♫•*¨*•.¸¸ﷲ♥.♥ﷲ¸¸.•*¨*•♫♫•*¨*•.¸¸♫
BENCANA BESAR JIKA GAGAL MENGAWAL LIDAH
“Sebab pulut santan binasa, sebab mulut badan
binasa.” Begitulah pepatah Melayu lama peninggalan warisan budaya sosial Melayu
yang memperingatkan setiap individu dalam masyarakat agar peka dengan impak
negatif yang berpunca daripada mungkar lidah.
Meskipun pepatah berkenaan sekian lama kita fahami, namun ada kalangan
mukmin yang memandang ringan dalam aspek memelihara dan menjaga lidah. Banyak
suruhan dan perintah Allah seperti ibadah solat, puasa dan haji mampu kita
laksanakan dengan baik. Malah kita begitu komited sekali menjayakan ibadah yang
disuruh Allah itu. Tetapi mengapa dalam bab menjaga lidah ini kita menjadi
lalai pandang sebelah mata sahaja?
Banyak
sudah berlaku krisis sosial antara individu dengan individu yang lain berpunca
angkara buruk tutur kata dilontarkan. Misalnya perbuatan mengumpat insan yang
lain ataupun mengada-adakan cerita yang tidak benar. Hal ini jika ditinjau
perspektif psikologi jelas akan meninggalkan kesan kejiwaan negatif. Atas soal
itulah awal-awal lagi Islam menuntut agar umatnya berwaspada dengan kurniaan
teragung buat manusia ini, iaitu lidah.
Saidina
Ali Abi Talib ada berpesan, “Bagi orang beriman, lidah yang dikurniakan Allah
itu tidak digunakan untuk berbicara sesuka hati dan yang sia-sia, sebaliknya
digunakan untuk mengeluarkan mutiara yang berhikmah.”
Apa
yang dimaksudkan mutiara yang berhikmah itu? Ya, sudah tentu menggunakan lidah
untuk berbicara soal agama, mengajak yang makruf dan mencegah yang mungkar.
Juga mengeluarkan pendapat yang akan memberikan motivasi bermanfaat buat teman
atau mungkin menggunakannya untuk memberikan nasihat dalam soal kehidupan
beragama yang betul.
Rasulullah SAW ada menjelaskan bahawa kesilapan akibat keterlanjuran
lidah akan mengundang bencana besar di akhirat kelak. Kata Baginda, “Sesiapa
yang banyak perkataannya, nescaya banyaklah kesilapannya. Sesiapa yang banyak
silapnya, nescaya banyaklah dosanya. Sesiapa yang banyak dosanya, nescaya
neraka lebih utama baginya.” (Hadis Riwayat Abu Naim)
Pesan
Baginda lagi, “Seorang mukmin bukanlah pengumpat, yang suka mengutuk yang keji
dan yang ucapannya kotor.” (Hadis Riwayat Bukhari)
Soalnya sekarang, berapa ramai yang mengambil peduli aspek yang
dinasihatkan Rasulullah SAW itu? Jadi, kita harusnya insaf bahawa aspek menjaga
lidah dengan mempergunakan kepada saluran bermanfaat sangat perlu difokuskan.
Jangan biarkan lidah kita sebagai tempat bersarangnya syaitan dan konconya. Ini
kerana lidahnya menjadi salah satu kegemaran syaitan untuk menjerumuskan manusia
mukmin ke lembah kederhakaan kepada Allah.
Islam
memberi dua pilihan kepada umatnya bagaimana kaedah memanfaatkan lidah
dikurniakan Allah. Satu, berkata-kata yang baik dan berguna untuk insan lain.
Kedua, pendekatan berdiam diri sahaja.
Biarlah rakan kita mengatakan yang kita jenis pendiam dan hendak tunjuk
alim dengan kaedah berdiam. Biarkan sahaja. Ini kerana cara berkenaan akan
mengelakkan diri kita digolongkan sebagai orang yang tipis imannya. Ingatlah
akan kata-kata Rasulullah SAW ini, “Sesiapa yang beriman kepada Allah dan hari
akhirat, maka hendaklah dia berkata baik atau diam.” (Hadis Riwayat
Bukhari-Muslim)
Mukmin
yang bijak dan berhemah dalam memanfaatkan lidahnya diberikan jaminan
Rasulullah SAW dengan ganjaran syurga Allah. Kata Rasulullah SAW, “Sesiapa yang
menjamin untukku memelihara apa yang ada di antara dua gerahamnya (lidah) dan
yang ada di antara dua kakinya (kemaluan), maka akan kujamin baginya syurga.”
(Hadis Riwayat Bukhari dan at-Tirmidzi)
Fikirkan secara mendalam peringatan Rasulullah SAW itu kerana lidah
diletakkan pengkhususan utama dalam mendapat ‘surat izin’ Allah masuk ke
syurga-Nya. Cuai dan alpa dalam memeliharanya bermakna kita akan gagal melepasi
piawai sebagai seorang yang beriman dan bertakwa yang sebenar-benarnya.
Seandainya selama ini kita terbiasa sangat dengan perbuatan dikutuk
Allah dengan mengeluarkan kata-kata kotor, berumpat nista terhadap orang lain,
mencipta cerita yang mengaibkan, mengadu domba demi kepentingan diri ataupun
bertikam lidah sehingga mencetuskan pertelingkahan, maka kita sepatutnya
memberhentikan serta-merta sambil mengambil langkah pembetulan diri dengan
bertaubat.
Dilihat dari sudut psiko-neurolinguistik, masalah penyalahgunaan lidah
apabila bercakap mengeluarkan perkataan kotor, bertabiat buruk dengan mengumpat
atau mengada-adakan cerita terhadap pihak lain ditafsirkan sebagai satu
pelencungan kewarasan dalam berfikir dan bertindak.
Dari
sudut psiko-sosiologi pula menjelaskan sikap jiwa yang kurang stabil dan
mempunyai ego secara keterlaluan. Jadi, munasabahlah Allah begitu menekankan
kepada hamba-Nya supaya berhati-hati dalam menggunakan lidah agar jiwa dan gaya
berfikir waras dan penuh kebijakan dapat dipamerkan setiap mukmin.
Justeru, kita jangan hanya unggul dalam ibadah wajib dan sunat,
sebaliknya juga terbilang dengan nilai sahsiah peribadi yang mahmudah. Ingatlah
dan sematkan di hati bahawa kita akan mati seterusnya akan dibawa ke muka
pengadilan Allah Yang Maha Adil di Padang Mahsyar nanti.
Ketika itu buku catatan ditunjukkan kepada
kita. Apakah kita sanggup melihat buku amalan kita penuh dengan kes
penyalahgunaan lidah. Sanggupkah kita? Mengeluarkan tutur kata yang baik juga
adalah amal soleh dan Allah akan memberikan ganjarannya di akhirat kelak.
Allah
SWT berfirman, “Orang yang beriman dan beramal soleh, mereka itu penghuni
syurga, sedang mereka kekal di dalamnya.” (Surah Al-Baqarah:82)
Firman Allah SWT lagi, “Sesiapa yang
mengerjakan amal soleh, baik lelaki dan wanita, sedang ia beriman, maka mereka
itu akan masuk ke dalam syurga dan mereka tidak dianiaya sedikit pun.” (Surah
An-Nisa:124)
Sepatutnya
ayat ini kita baca dan renungi selalu supaya kita tidak menyalahgunakan nikmat
kurniaan Allah SWT kepada kita, termasuk hal memelihara lidah itu.
DIALOG ANTARA USTAZ DENGAN PASANGAN PELAJAR YANG DITANGKAP KHALWAT.
Hayatilah intisari dialog ini, dan muhasabahlah diri kita masing-masing.
Pelajar: Kami tidak berzina!
Ustaz: Maaf, saya tidak menuduh awak berzina tetapi awak menghampiri zina.
Pelajar: Kami hanya berbual-bual, berbincang, bertanya khabar, minum-minum adakah itu menghampiri zina?
Ustaz: Ya, perbuatan ini menjerumus pelakunya ke lembah perzinaan.
Pelajar: Kami dapat mengawal perasaan dan kami tidak berniat ke arah itu.
Ustaz:
Hari ini, ya. Besok mungkin kamu kecundang. Kamu dalam bahaya. Jangan
bermain dengan bahaya. Iblis dan syaitan akan memerangkap kamu. Sudah
banyak tipu daya iblis yang mengena sasaran. Iblis amat berpengalaman
dan tipu dayanya amat halus. Ia telah menipu nenek moyang kita yang
pertama, Adam dan Hawa. Jangan pula lupa. Siapalah kita berbanding Adam
dan Hawa? Ia ada lebih 1001 cara. Ingat pesanan Rasulullah S.A.W.:
“Janganlah engkau bersendirian dengan seorang wanita kecuali ketiganya
adalah syaitan.” (Riwayat Tabrani). Syaitan akan menghembus perasaan
berahi, kita lemah untuk menghadapi tipu daya iblis.
Pelajar:
Tidak semestinya semua orang bercinta menjurus kepada penzinaan. Ada
orang bercinta dalam telefon dan hantar SMS sahaja. Tak pernah bersua
muka pun.
Ustaz: Betul. Itu adalah salah satu yang dimaksudkan
dengan menghampiri zina. Memang pada awalnya tidak bersua muka, tapi
perasaan pasti bergelora. Lambat laun desakan nafsu dan perasaan serta
hasutan iblis akan mengheret kepada suatu pertemuan. Pertemuan pertama
tidak akan terhenti di situ sahaja, percayalah, ia akan berlanjutan dan
berterusan. Tidakkah itu boleh membawa kepada penzinaan akhirnya?
Pelajar: Takkan nak berbual-bual pun tak boleh? Itu zina juga ke?
Ustaz:
Zina ada bermacam-macam jenis dan peringkatnya, ada zina betul, ada
zina tangan (berpegang-pegangan), ada zina mata (melihat kekasihnya
dengan perasaan berahi). Melihat auratnya juga zina mata. Zina hati
iaitu khayalan berahi dengan kekasih sepertimana yang dinyatakan oleh
Rasulullah S.A.W.: “Kedua-dua tangan juga berzina dan zinanya adalah
menyentuh. Kedua kakinya juga berzina dan zinanya adalah berjalan
(menuju ke tempat pertemuan). Mulut juga berzina dan zinanya ialah
ciuman.” (Muslim dan Abu Daud). Sebenarnya jalan dan lorong menuju
kepada penzinaan amat banyak. Jangan biarkan diri kita berada atau
melalui mana-mana jalan atau lorong yang boleh membawa kepada penzinaan.
Pelajar: Duduk berdiskusi pelajaran tak boleh ke? Bincang pelajaran sahaja!
Ustaz:
Berdiskusi pelajaran, betul ke? Jangan tipu. Allah tahu apa yang
terselit dalam hati hamba-hambanya. Kita belajar nak keberkatan. Kalau
cemerlang sekali pun, kalau tak diberkati Allah, kejayaan tidak akan
membawa kebahagiaan. Hidup tidak bahagia, akhirat lebihlah lagi. Jangan
berselindung disebalik pelajaran yang mulia. Allah suka kepada orang
yang berilmu. Jadi belajar hendaklah ikut batas dan ketentuan Allah.
Belajar akan jadi ibadat. Adakah berdiskusi macam ini akan ditulis
ibadat oleh malaikat Raqib dan Atiq?
Pelajar: Sungguh! Bincang pelajaran sahaja. Ni study group.
Ustaz:
Study group? nampak macam lain macam saja. Manja, senyum memanjang, tak
macam gaya berdiskusi. Takkan study group berdua sahaja? Ke mana-mana
pun berdua. Kalau ye pun carilah study group ramai-ramai sedikit. Kalau
duduk berdua-dua macam ini.. betul ke bicang pelajaran? Jangan-jangan
sekejap saja bincang pelajaran, yang lain tu banyak masa dihabiskan
dengan fantasi cinta!
Pelajar: Tidaklah. Sungguh berbincang pelajaran.
Ustaz:
Baik sungguh awak berdua. Takkan awak berdua tak perasan apa-apa? Awak
kurang sihat ke? Ingat, kita bukan malaikat, tak ada nafsu. Kita
manusia. Jangan nafikan fitrah manusia. Kita ada nafsu, ada keinginan.
Itulah manusia.
Pelajar: Kami sama-sama belajar, study group, saling memberi semangat dan motivasi.
Ustaz:
Tak adakah kaum sejenis yang boleh dijadikan rakan belajar? Habis
sudahkah kaum sejenis yang boleh memberikan motivasi? Jangan hina kaum
sejenis. Ingat banyak orang cemerlang yang belajar hanya dengan kaum
sejenis. Lebih tenang perasaan, tidak terganggu, dapat berkat dan rahmat
pula.
Pelajar: Takkanlah tak ada langsung ruang yang dibenarkan dalam islam untuk bercinta? Adakah islam membunuh terus naluri cinta?
Ustaz:
Naluri adalah sebahagian daripada kesempurnaan kejadian manusia. Naluri
ingin memiliki dan suka kalau dimiliki (sense of belonging) adalah
fitrah. Kalau naluri tidak wujud pada diri seseorang, tak normal
namanya. Islam bukan datang untuk membunuh naluri seperti yang dilakukan
oleh para paderi atau sami. Jangan nafikan naluri ini. Jangan berbohong
pada diri sendiri. Bukan salah dan berdosa kalau perasaan itu datang
tanpa diundang. Itu adalah fitrah. Maka tundukkan naluri itu untuk patuh
pada perintah Allah. Jadilah manusia yang sihat pada nalurinya. Jangan
jadi malaikat! kerana Allah ciptakan kita sebagai manusia. Dunia dan
segala isinya akan hambar tanpa naluri nafsu.
Pelajar: Tentu ada cinta secara Islam.
Ustaz:
Cinta secara islam hanya satu iaitu perkahwinan. Cinta berlaku setelah
ijab qabul; cinta lepas kahwin. Itulah cinta sakral dan qudus. Cinta
yang bermaruah. Bukan cinta murahan. Inilah kemuliaan agama kita, Islam.
Apabila Islam melarang cinta antara lelaki dan wanita sebelum kahwin,
ia membawa kepada sesuatu sebagai ganti yang lebih baik iaitu
perkahwinan. Sabda Rasulullah S.A.W.: “Tidak ada yang lebih patut bagi
dua orang yang saling mencintai kecuali nikah.” (Ibni Majah). Cinta
adalah maruah manusia. Ia terlalu mulia.
Pelajar: Kalau begitu, cinta semua menghampiri kepada penzinaan?
Ustaz:
Ya, kalau lelaki dan perempuan bertemu tentu perasaan turut terusik.
Kemudian perasaan dilayan. Kemudian teringat, rindu. Kemudian aturkan
pertemuan. Kemudian duduk berdua-dua. Kemudian mencari tempat sunyi
sedikit. Kemudian berbual panjang sehingga malam gelap. Hubungan makin
akrab, dah berani pegang tangan, duduk makin dekat. Kalau tadi macam
kawan, sekarang macam pengantin baru. Bukankah mereka semakin hampir dan
dekat dengan penzinaan? Penghujung jalan cinta adalah penzinaan dan
kesengsaraan. Kasihanilah diri dan ibu bapa yang melahirkan kita dalam
keadaan putih bersih tanpa noda seekor nyamuk sekalipun!
Pelajar: Masih ramai orang yang bercinta tetapi tetap selamat, tidak sampai berzina. Kami tahan diuji.
Ustaz:
Allah menciptakan manusia. Dia tahu kekuatan dan kelemahan manusia.
Manusia tidak tahan ujian. Oleh itu, Allah memerintahkan supaya diri
menjauhi perkara yang ditegah. Takut manusia kecundang.
Pelajar: Jadi manusia itu tak tahan diuji?
Ustaz:
Kita manusia dari keturunan Adam dan Hawa, sejak awal penciptaan
manusia, Allah telah mengingatkan manusia bahawa mereka tidak tahan
dengan ujian walaupun kecil. Allah takdirkan satu peristiwa untuk
iktibar manusia. Allah tegah Adam dan Hawa supaya jangan makan buah
Khuldi dalam syurga. Allah tahu kelemahan pada ciptaan manusia. Tak
tahan diuji. Oleh itu, Allah berpesan pada Adam dan Hawa, jangan hampiri
pokok Khuldi. Firman Allah S.W.T.: “Wahai Adam! Tinggallah engkau dan
isterimu di dalam syurga serta makanlah dari makanannya sepuas-puasnya,
apa sahaja yang kamu berdua sukai dan jangan hampiri pokok ini, (Jika
kamu menghampirinya) maka akan menjadilah kamu dari orang-orang yang
zalim.” (Al-A’araf:ayat 19). Tegahan yang sebenarnya adalah memakan buah
Khuldi. Tetapi Allah tahu sifat dan kelemahan Adam dan Hawa. Jika
menghampiri perkara yang ditegah, takut nanti mereka akan memakannya
kerana mereka tidak dapat mengawal diri. Demikianlah dengan zina.
Ditegah zina. Maka jalan ke arah penzinaan juga dilarang. Takut apabila
berhadapan dengan godaan penzinaan, kedua-duanya kecundang. Cukuplah
kita belajar daripada pengalaman nenek moyang kita Adam dan Hawa.
Pelajar:
Tetapi cinta lepas kahwin banyak masalah. Kita tak kenal pasangan kita
secara dekat. Bercinta adalah untuk mengenali hati budi pasangan sebelum
membuat keputusan sebelum berkahwin.
Ustaz: Boleh percaya dengan
perwatakan masa sedang bercinta? Bercinta penuh dengan lakonan yang
dibuat-buat dan kepura-puraan. Masing-masing akan berlakon dengan watak
yang terbaik. Penyayang, penyabar, pemurah dan pelbagai lagi. Masa
bercinta adalah alam lakonan semata-mata. Masa bercinta, merajuk ada
yang akan pujuk. Jangan haraplah lepas kahwin bila merajuk ada yang
memujuk. Banyak orang yang kecewa dan tertipu dengan keperibadian
pasangan semasa bercinta. Perangai jauh berbeza. Macam langit dan bumi.
Masa bercinta, dia seorang yang amat penyayang, sabar tunggu pasangan
terlambat berjam-jam. Tapi bila dah kahwin lewat 5 minit dah kene
tengking. Jadi, perwatakan masa bercinta adalah suatu kepuraan yang
hipokrit.
Pelajar: Percayalah kami bercinta demi merancang kebahagiaan hidup nanti.
Ustaz:
Bagaimana diharap kebahagiaan jika tidak mendapat redha Allah?
Kebahagiaan adalah anugerah Allah kepada hamba-hambanya yang terpilih.
Kebahagiaan bukan ciptaan manusia. Manusia hanya merancang kebahagiaan.
Allah yang akan menganugerahkannya. Bagaimana mendapat anugerah
kebahagiaan itu jika jalan mencapainya tidak diredhai Allah. Kebahagiaan
hidup berumah tangga mestilah melalui proses yang betul. Sudah tentu
prosesnya bukan cinta sebegini. Allah tidak meredhai percintaan ini.
Cinta yang diredhai, cinta selepas kahwin. Bagaimana untuk mendapat
keluarga yang bahagia jika langkah memulakannya pun sudah canggung.
Bagaimana kesudahannya?
Pelajar: Tanya sikit adik angkat, kakak angkat, abang angkat boleh ke? Ganti bercinta.
Ustaz:
Semua itu adalah perangkap syaitan. Hakikatnya sama. Cinta yang diberi
nafas baru. Kulitnya nampak berlainan, tapi isinya sama. Adik, abang,
kakak angkat adalah suatu bentuk tipu daya iblis dan syaitan. Manusia
yang terlibat dalam budaya “angkat” ini sebenarnya telah masuk ke dalam
perangkap syaitan. Cuma menunggu masa untuk dikorbankan.
Pelajar: Jadi seolah-olah orang yang bercinta telah hilang maruah diri?
Ustaz:
Mengukur maruah diri bukan ditentukan oleh manusia tetapi oleh Pencipta
manusia. Sebab ukuran manusia sering berbeza-beza. Orang yang sedang
mabuk bercinta mengatakan orang yang bercinta tidak menjejaskan apa-apa
maruah dirinya. Manakala bagi orang yang menjaga diri, tidak mahu
terlibat dengan cinta sebelum kahwin akan mengatakan orang yang bercinta
sudah tidak bermaruah. Cintanya ditumpahkan kepada orang yang belum
layak menerima cinta suci. Kalau begitu ukuran maruah atau tidak
ditentukan oleh Allah.
Pelajar: Adakah orang yang bercinta hilang maruah?
Ustaz:
Antara kemuliaan manusia ialah maruah dirinya. Orang yang bercinta
seolah-olah cuba menggadaikan maruahnya kerana mereka sedang menghampiri
penzinaan. Manakala orang yang bercinta dan pernah berzina tidak layak
berkahwin kecuali dengan orang yang pernah berzina juga. Mereka tidak
layak untuk berkahwin dengan orang yang beriman. Allah berfirman:
“Lelaki yang berzina(lazimnya) tidak ingin berkahwin melainkan dengan
perempuan yang berzina atau perempuan musyrik; dan perempuan yang
berzina itu pula(lazimnya) tidak ingin berkahwin dengannya melainkan
oleh lelaki yang berzina atau lelaki musyrik.Dan perkahwinan yang
demikian terlarang kepada orang-orang yang beriman.” (Surah
an-Nur:Ayat3). Jadi orang yang pernah bercinta juga tidak sesuai untuk
berkahwin dengan orang yang tidak pernah bercinta. Tidakkah itu suatu
penghinaan dari Tuhan.
Pelajar: Jadi orang yang bercinta hanya layak berkahwin dengan orang pernah bercinta?
Ustaz:
Itulah pasangan yang layak untuk dirinya kerana wanita yang baik adalah
untuk lelaki yang baik. Lelaki yang baik untuk wanita yang baik.
Pelajar: Kami telah berjanji untuk sehidup semati.
Ustaz:
Apa yang ada pada janji cinta? Berapa banyak sudah janji cinta yang
musnah? Lelaki, jangan diharap pada janji lelaki. Mereka hanya menunggu
peluang keemasan sahaja. Habis madu, sepah dibuang. Pepatah itu diungkap
kerana ia sering berulang sehingga menjadi pepatah.
Pelajar: Masihkah ada orang yang tidak bercinta pada zaman ini?
Ustaz:
Ya, masih ada orang yang suci dalam debu. Golongan ini sentiasa ada
walaupun jumlah mereka kecil. Mereka akan bertemu suatu hari nanti.
Mereka ada pasangannya. Firman Allah S.W.T.: “Dan orang-orang lelaki
yang memelihara kehormatannya serta orang-orang perempuan yang
memelihara kehormatannya (yang memelihara dirinya daripada melakukan
zina) Allah telah menyediakan bagi mereka semuanya keampunan dan pahala
yang besar.” (Al-Ahzab:ayat 35).
Pelajar: Bagaimana kami?
Ustaz:
Kamu masih ada peluang. Bertaubatlah dengan taubat nasuha. Berdoalah
serta mohon keampunan dariNya. Mohonlah petunjuk dan kekuatan untuk
mendapat redhaNya.
Pelajar: Kami ingin mendapat redha Tuhan. Tunjukkan bagaimana taubat nasuha.
Ustaz: Taubat yang murni. Taubat yang sebenar-benarnya. Taubat yang memenuhi 3 syarat:
1.Tinggalkan perbuatan maksiat. Putuskan hubungan cinta yang tidak diredhai Allah ini.
2.Menyesal. Menginsafi diri atas tindak tanduk hidup yang menjurus diri dalam percintaan.
3.Berazam.
Bertekad di dalam hati tidak akan bercinta lagi dengan sesiapa kecuali
dengan seseorang yang bernama isteri atau suami. Saatnya adalah setelah
ijab Kabul.
Pelajar: Ya Allah. Hambamu telah tersesat jalan.
Ampunilah dosa-dosa hambamu ini. Sesungguhnya engkau Maha Pengampun dan
Maha Penerima Taubat. Berilah kekuatan kepadaku untuk menghadapi godaan
keremajaan ini. Anugerahkan kepadaku perasaan benci kepada maksiat.
Hiasilah diriku dengan akhlak yang mulia. Ibu dan ayah, anakmu berdosa.
Engkau jagaku sedari kecil dengan kasih sayang. Mengapa kucurahkan
kasihku kepada orang lain. Oh tuhan, hambamu yang berdosa. Amin, Ya
Rabb.
Ustaz: Moga Allah terima taubatmu.
Pelajar: Kita berpisah kerana Allah, kalau ada jodoh tidak ke mana.
Ustaz: Ya Allah, bantulah mereka. Kini mereka datang ke pintuMu, mencari redhaMu, terimalah taubat mereka.
Dipetik daripada Kalam Ukhwah,
Syukbah Penerbitan dan Risalah Surau Perdana,
Kolej Matrikulasi Melaka.

Amalkan doa ini dalam kehidupan seharian kita. Insya-Allah kita dapat menjauhkan diri kita daripada maksiat.
Jauhilah ZINA!!!
BEZA ANTARA BUNGKUS AURAT DAN TUTUP AURAT
Anda TUTUP aurat ke BUNGKUS aurat? Beza BUNGKUS dengan TUTUP adalah amat besar.
Situasi 1:
Aisyah: Ahmad, cuba teka aku tengah BUNGKUS apa?
Ahmad: Alaaa, nasi lemak.
Aisyah: Aik? Mana kau tau?
Ahmad: Aku nampak nasi terkeluar sikit tu. Lagipun aku tau kau memang jual nasi lemak.
Aisyah: Ok. Cuba teka nasi lemak ni banyak ke sikit?
Ahmad: Alaaa lagi senang. Banyak la.
Aisyah: Ha? Macam mana kau tau ni?
Ahmad: Tengok bentuk & saiz la. BUNGKUSan besar, banyak. BUNGKUSan kecil, sikit. Haha kantoi.
Aisyah: Pandainya kau ni.
Ahmad: Bukan aku yang pndai, kau yang tak pandai. Haha.
Aisyah: Eleh. Malas la soal.
Situasi 2:
Aisyah: Ahmad, cuba teka aku TUTUP apa dengan tudung saji ni?
Ahmad: Hmmm. Ikan goreng?
Aisyah: Salah.
Ahmad: Telur dadar?
Aisyah: Salah lagi.
Ahmad: Karipap?
Aisyah: Salah jugak.
Ahmad: Fail MQA?
Aisyah: Ish. Lagi la salah. Haha
Ahmad: Habis tu apa? Mana la aku nak tau apa yang kau TUTUP tu.
Aisyah: Nasi lemak la. Cuba teka banyak ke sikit?
Ahmad: Ceh. Mana aku nak tau. Malas la jawab.
BEZA ANTARA BUNGKUS AURAT DAN TUTUP AURAT
Anda TUTUP aurat ke BUNGKUS aurat? Beza BUNGKUS dengan TUTUP adalah amat besar.
Situasi 1:
Aisyah: Ahmad, cuba teka aku tengah BUNGKUS apa?
Ahmad: Alaaa, nasi lemak.
Aisyah: Aik? Mana kau tau?
Ahmad: Aku nampak nasi terkeluar sikit tu. Lagipun aku tau kau memang jual nasi lemak.
Aisyah: Ok. Cuba teka nasi lemak ni banyak ke sikit?
Ahmad: Alaaa lagi senang. Banyak la.
Aisyah: Ha? Macam mana kau tau ni?
Ahmad: Tengok bentuk & saiz la. BUNGKUSan besar, banyak. BUNGKUSan kecil, sikit. Haha kantoi.
Aisyah: Pandainya kau ni.
Ahmad: Bukan aku yang pndai, kau yang tak pandai. Haha.
Aisyah: Eleh. Malas la soal.
Situasi 2:
Aisyah: Ahmad, cuba teka aku TUTUP apa dengan tudung saji ni?
Ahmad: Hmmm. Ikan goreng?
Aisyah: Salah.
Ahmad: Telur dadar?
Aisyah: Salah lagi.
Ahmad: Karipap?
Aisyah: Salah jugak.
Ahmad: Fail MQA?
Aisyah: Ish. Lagi la salah. Haha
Ahmad: Habis tu apa? Mana la aku nak tau apa yang kau TUTUP tu.
Aisyah: Nasi lemak la. Cuba teka banyak ke sikit?
Ahmad: Ceh. Mana aku nak tau. Malas la jawab.


Apakah makna sejambak mawar bagimu?? Cinta?? Kasih?? Sayang?? Walau
apapun makna sejambak mawar bagimu, ana ingin mengajak kalian memaknai
sejambak mawar itu dari aspek yang lain..
Kuntum 1 ~
Ketahuilah bahawa ALLAH akan mengampuni orang yang memohon ampun, akan
memberi kepada yang meminta, menerima yang bertaubat..
Kuntum 2 ~ Prihatinlah dengan orang yang lemah.. Penuhilah hajat yang
memerlukan, anda akan sembuh.. Jangan bawa kebencian anda akan
dihargai..
Kuntum 3 ~ Bersangka baiklah sesungguhnya ALLAH bersamamu, para malaikat akan memohon ampunan untukmu dan syurga menanti anda..
Kuntum 4 ~ Bersikap optimislah dengan bersangka baik dengan ALLAH..
Hilangkan segala duka dengan mengingati nikmat yang DIA berikan kepada
anda..
Kuntum 5 ~ Ingatlah bahawa di dunia ini tiada
kebahagiaan yang sempurna kerana tiada seorang pun yang boleh memiliki
semua yang diingininya..
Kuntum 6 ~ Contohilah pohon kurma,
tinggi cita-citanya, kebal darh penyakit dan jika dibaling dengan batu
ia malah melemparkan buahnya..
Kuntum 7 ~ Adakah kesedihan
dapat mengembalikan apa yang telah luput, kecemasan dapat memperbaiki
kesalahan? Lantas apa yang buat anda bersedih??
Kuntum 8 ~ Jangan mengharap mendapat kesusahan atau malapetaka, tetapi berdoalah supaya beroleh ketenangan dan pemeliharaan..
Kuntum 9 ~ Siramilah api kebencian anda dengan memaafkan setiap orang yang pernah berbuat salah kepada anda..
Kuntum 10 ~ Mandi, berwudhuk, memakai wangian dan bersiwak merupakan
penawar yang berkesan bagi setiap kesusahan dan kesedihan..
Jadikanlah hidup ini seumpana sejambak mawar.. Indahkan ia seperti
setiap kuntuman yang ada.. Nescaya hidup ini akan bermakna seperti
sejambak bunga yang bermakna buat anda pemberian sang kekasih
TEGURAN ITU PENTING DALAM KEHIDUPAN.
"Orang yang dapat menegur orang lain adalah orang yang sedia menerima teguran orang lain."
Ayat diatas adalah antara kata-kata cerdik pandai mengenai orang yang
menegur dan ditegur. Teguran boleh berlaku di mana-mana, berlaku di
dalam pemerintahan kerajaan, di dalam syarikat-syarikat, di dalam
persatuan-persatuan, di sekolah.
Dalam rumahtangga juga berlaku, bapa menegur anak, isteri ditegur suami,
dan lain-lain. Makna katanya teguran itu berlaku di mana-mana sahaja.
Membina dan Meroboh
Teguran boleh dibahagi kepada dua secara asasnya, teguran yang membina
dan yang statik dan jumud. Manusia keseluruhannya mengharapkan teguran
yang membina bukan yang statik. Tetapi tidak kurang juga yang tidak
lansgsung suka ditegur.
Sifat manusia yang diketahui ialah, hanya bersedia ditegur apabila dia
yang memerlukan teguran tersebut. Contohnya, Si A pergi ke Si B dan
ingin meminta teguran atau nasihat, ketika itu apa sahaja yang
dikatakan oleh Si B akan di dengari dengan berlapang dada.
Lain pula sekiranya seseorang yang tidak memerlukan teguran, tiba-tiba
ditegur. Hanya setengah orang yang berjiwa besar sahaja yang boleh
menerima teguran spontan tersebut, Manakala yang berjiwa kecil, akan
terasa dan terus terseksa hati.
Orang yang Menegur
Manusia memang tidak pernah lari daripada melakukan kesalahan, yang
berbeza hanya banyak dan sedikit. Tetapi biarlah orang yang cuba menegur
tersebut adalah orang yang minimum kesalahannya.
Jangan jadi seperti ketam yang mengajar anaknya berjalan lurus. Sesuatu
yang agak pelik apabila penagih dadah tegar mengajar atau menegur orang
lain pergi ke masjid, walhal mereka sendiri masih terkontang kanting
ditepi longkang dalam kotak.
Sebab itu kalau kita suka menegur, kita mesti pastikan teguran itu di
tuju ke arah kita terlebih dahulu, kemudian baru ke orang lain.
Orang yang Ditegur
Teguran itu kebiasaannya bersifat membina, kerana apa yang tidak kita
sedar kadang-kadang orang lain sudah sedar terlebih dahulu, persepsi
kita lain, persepsi orang, lain. Sebab itu apabila ditegur, jangan
terlalu cepat melenting dan menolak teguran tersebut. Kalau begitu, anda
adalah orang paling rugi, kerana anda berpeluang membina diri anda
tetapi awal-awal lagi anda sudah merobohkannya.
Kata Hukama, "Orang biasa akan marah apabila dikritik oleh orang lain,
manakala orang yang mulia ialah mereka yang memperbaiki diri daripada
kritikan orang lain. Seharusnya begini lah resam kehidupan kita".
Manusia memerlukan 'cermin' bagi bagi meneliti diri. Orang disekeliling
adalah cermin bagi kita. Cuba bayangkan anda bercukur misai tanpa
bercermin. Bukankah susah?
Ingat..
Setiap orang yang menegur pasti sedia juga ditegur. Ramai yang tidak
mampu lakukan ini. Hanya suka menegur tetapi tidak pula suka ditegur.
Sebab itu penting apabila menegur isyaratkan terlebih dahulu, teguran
itu adalah terlebih dahulu untuk diri sendiri.
Ingat! Apabila anda menuding jari terhadap kesilapan orang lain,
sebenarnya 3 jari anda telah menuding kepada diri anda sendiri. Itu
adatnya.
"Dan berilah peringatan, sesungguhnya peringatan itu bermanfaat untuk orang-orang Mukmin."
(Az-Zariyaat:55)
PEREMPUAN ITU MAHAL.
Perempuan itu Mahal
Selalunya, Orang akan marah bila harga dirinya direndah-rendahkan, betul kan?
Wujud ke sebenarnya istilah perempuan murah dan perempuan mahal ni? hmmmm..
Kerapkali kita dengar wanita sering dianologikan sebagai barang yang MAHAL, contohnya hanya cukup sekadar,
Beg Tangan.
Beg tangan yang murah, tidak begitu kemas jahitannya, tidak branded akan
dilonggokkan sahaja di satu kawasan. Tapi, kadang-kadang design nya
sangat menarik! Memang memikat lah.
Biasanya, kalau tengah jualan murah, orang ramai pasti akan menyerbu ke
tempat beg-beg yang begitu. Duit sedikit sahaja yang dikeluarkan, puas
lah jugak. Tapi, lumrah barang yang tidak ada kualiti, cepat rosak.
Mungkin hanya dua tiga bulan sahaja dapat bergaya dengan beg itu,
kemudian tukar baru.
Ala, murah je kan. Dah rosak beli lah baru. Bukannya rugi mana pun.
Lain pulak kisahnya dengan Beg tangan yang BERJENAMA, ekslusif akan
diletak di sudut yang kemas, mungkin dirantai. Cuma orang-orang
tertentu/terpilih sahaja yang boleh mendekati dan cuba membeli. Nak
cuba-cuba sentuh pun belum tentu lagi sebab ada pengawal yang menjaga.
Kadang-kadang juga, saya perhatikan design nya tidak lah cantik mana.
Tapi, disebabkan branded, orang dah tak kesah. Asalkan kualiti nya
terjamin. InsyaAllah, tak cepat rosak, kalau rosak pun, tak sampai hati
nak buang. Benda mahal katakan.
Anologi yang begitu simple. Tapi mendalam maksud tersiratnya. Faham maksud saya? Mudah.
Pernah seorang sahabat berkata bgini kepada saya, "Mereka tidak sedar
‘mahal’ yang tersirat di sebalik kejadian wanita. Pada mereka, ‘mahal’
itu didapati apabila membuka dan menonjolkan segala indah susuk tubuh.
Walhal, mahalnya didapati dalam diri seorang perempuan apabila tubuhnya
dijaga, tiada tangan2 kasar yang memetik kelopak indah mereka. Mahalnya
wanita ditemui dalam keindahan yang disimpan rapi-tak semua bisa
menyentuhnya! Tapi mereka buta kerana dunia, buta dengan ganjaran syurga
dan celik untuk harta yang fana."
Selepas kita menilai, cuma diri kita yang boleh decide adakah kita mahu menghakimi atau tidak.
Boleh saja nilaian itu tinggal sekadar nilaian. Tidak perlu berfikir lebih untuk JUDGE.
Bagi saya, orang hebat tidak sekadar menilai. Malah berusaha untuk
menghakimi serasional yang mungkin dan bertindak balas ke atas
penghakiman yang telah dibuat.
Mungkin membetulkan perkara yang jelas salah. Mempositifkan perkara yang tampak negatif.
Membaiki situasi yang ada tertampung cela.
Menilai itu hak diri kita. Menghakimi itu juga hak. Namun, hak orang lain juga perlu untuk diberatkan ketika menghakimi.
Saya sangat
TERTARIK dengan kata-kata ini,
Setiap orang mempunyai harga diri yang menggambarkan nilai seseorang.
Setiap orang menilai dirinya dan orang lain sesuai dengan
pemahamannya tentang HARGA buat dirinya.
Apa yang saya faham tentang harga diri, itulah yang akan saya nilai kan. Ilmu itu juga yang membezakan tahap nilaian seseorang.
Ada juga yang berpendapat wanita yang murah itu hanya apabila dia sanggup menggadaikan maruah dirinya demi insan yang dicintai.
Juga ada yang merasakan wanita itu tampak mahal bila mengenakan jumlah hantaran yang tinggi.
Jadi, orang yang beza pendefinisiannya tentang harga diri tu ilmu dia kurang? Begitu maksud awak?
Tidak. Jangan salah erti maksud saya. Saya analogikan begini.
Ada yang merasakan da'wah melalui hiburan itu melalaikan. Tidak punya
wawasan dan objektif yang jelas. Hanya sekadar menumpang nama da'wah.
Juga akan melahirkan da'ei yang asyik leka dengan dunia.
Ada juga pihak yang sangat bersetuju arena da'wah diwarna-warnikan
dengan elemen hiburan. Supaya dapat menarik minat pelbagai lapisan
masyarakat. Satu usaha yang sangat murni.
Jadi, dapatkah terus disimpulkan mereka dari mana-mana golongan pertama mahupun golongan kedua itu kurang ilmunya?
Itulah apa yang saya cuba maksudkan. Kefahaman tentang ilmu itu yang menghasilkan buah fikiran berbeza.
Hati itu raja. Walaupun tiada siapa nampak bagaimana keadaan hati kita, semudah itu kah untuk kita mengatakan hati kita bersih?
Membuat maksiat terang-terangan. Mendedahkan sana-sini. Mencela sesuka hati.
Adakah sesuai untuk menuturkan,
''Allah tak pandang la kerja apa pun yang saya buat, asalkan hati baik, cukup."
Bukan kah segala tindakan yang kita zahirkan itu refleks hati kita bagaimana?
Wallahua'lam.
Ya, namun paling penting sekali adalah penghakiman Allah terhadap diri kita.
Biarlah kita dipandang hina di dunia, asalkan terindah di mata Allah.
Biarlah buruk di pandangan manusia, asalkan cun di mata Allah.
Harus juga diingat, menjadi special di sisi Allah itu tidak mudah. Mukhlisin insyaAllah!
My honour is my life. Both grow in one.
Take honour from me, and my life is done.
-William Shakespear-
Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain. Ayuh!
Sekadar memperingati untuk diri sendiri dan sahabat2..
Moga Perkongsian ini mndapat manfaat dan diredhai ALLAH SWT, Amin.
Wallahua'lam..